angin

Saya terlambat mengejar kereta menuju Jogja. Siang ini saya tertahan di stasiun Solo-Balapan menunggu kereta selanjutnya. Kesal? Pasti. Saya sudah berusaha mengejar, tetapi kereta itu terlalu cepat.
Duduk menunggu adalah hal yang membosankan, saya bahkan sudah men-shuffle entah berapa lagu untuk membunuh waktu kurang lebih 2jam ini. Membolak-balik halaman buku Naked Traveler yang saya baca, dan tetap bosan.
Saya non-aktifkan iPod saya, lalu menutup buku saya. Melayangkan pandangan pada sekeliling statiun, membuka mata saya lebar lebar, dan membuka telinga saya tidak kalah lebar.
Terlihat orang hilir mudik kesana kemari mengejar waktu. Berusaha membunuh detik-detik waktu dengan kegiatan mereka sendiri. Tukang-tukang memperbaiki stasiun sana-sini, penjaga peron, penjaga loket, atau sesama penunggu kereta yang sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing untuk mempercepat detak waktu.
Saya sendiri asik dengan pemandangan ini. Dengan suara-suara angin menggelitik dan merdu sekali. Bahkan saya bisa tersenyum entah karena apa. Suara angin terdengar lucu dan menyejukkan.
Ya, masih ada kereta selanjutnya. Bahkan saya harusnya bersyukur mendapatkan kesempatan memperhatikan dan mendengar hal-hal yang belum tentu dapat saya rasakan bila saya tetap ngotot mengejar yang tadi.
Ya, ini bukan tentang yang kamu mau, ini yang kamu butuhkan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

1 comments:

Tiara said...

dibalik suatu kejadian pasti akan ada hikmahnya SEMANGAT Gita hehehe