bye, dear BLOGSPOT ;)

hey, i think im going to leave blogspot. hehe. its because of, my daddy gave me a lil gift. here it is:

www.mahesa-lumbantoruan.com


i dont know why, my daddy just gave me this.
so, please check my web if you want to know more. maybe, yes, i have to leave blogspot. ;)
okey, why mahesa-lumbantoruan? yes, my full name is anggita mahesa mustika lumbantoruan, and i dont know why, lots of people just said "mahesa? bagus sekali namanya," and just like that im falling in love with MAHESA. then, why i put lumbantoruan? because im so proud to be BATAK. to be lumbantoruan.
its quite hard to remember my domain name, but i love this. so, make it bookmarks, favorite, or linked it to your blog. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

pra-epilog: saya mau kamu

Aku tidak tahu apa mauku kini. Kuusapkan bedak begitu saja di wajahku. Entah mengapa aku ingin tampil istimewa kini. Padahal aku tahu pasti, tidak ada maaf yang sempurna yang aku berikan padanya.

Kulihat pantulan diriku di cermin sana. Paduan tube dress hitam selutut dengan shawl acid-wash denim yang senada dengan heels yang sudah aku pakai di kedua kakiku kupikir sudah cukup sempurna untuk malam ini.

Terdengar ketukan di pintu kamarku, "Ndo, sudah ada yang menunggu di bawah," suara Ibu terdengar sama halusnya dengan ketukan itu.

Kuberi sentuhan terakhir untuk bibirku, lip gloss berwarna natural sebelum akhirnya aku menyambar clutch bag hitam polos dan pergi dari kamarku.

Aku mengecup pipi Ibu sebelum akhirnya pergi menghampirinya di ruang tamu. Ia berdiri dari duduknya sambil memamerkan senyum di wajahnya. Ah! Aku tidak bisa bohong untuk tidak mengagumi senyumnya.

"Kami pergi dulu, Bu," ia pamit pada Ibu dengan sopannya. Satu lagi setelah entah berapa nilai plus yang sudah ia kantongi.

Berjalan beriringan dengannya seperti ini pernah sangat aku impikan. Aku dengan baju rapih dan dia tidak kalah prepare nya. Satu set tuxedo sangat cocok di tubuh tegapnya. Ah, dia terlalu sempurna. Aku tidak bisa melepaskan senyum sedetikpun.

Perjalanan dihabiskan dalam diam. Aku hanya bisa memandanginya yang sedang sibuk dengan kemudinya itu. Sesekali ia menoleh padaku dan tersenyum karena merasa menang berhasil memergokiku yang mengamatinya sedari tadi.

"Macet," desisnya mengeluh.

Aku malah menjatuhkan kepalaku di bahunya. "Nikmati sajalah,"

"Hampir terlambat, La untuk sampai ke kafe impianmu itu," ia mengingatkan kemana hendak kami pergi.

Aku tertawa kecil, "ya sudahlah, di sini saja,"

Ia menoleh mengangkat wajahku memaksa mataku untuk menatapnya. "Kamu yakin tidak apa?"

Aku mengangkat bahu.

Ia mendesah menarik nafas dalam. Aku hanya diam mengamati tingkah anehnya. "Ada apa? Sudahlah, ada kamu pun aku sudah senang. Begini saja," aku menyenderkan lagi kepalaku di bahunya.

Jalanan macet tidak dapat dipungkiri. Tidak ada pergerakan sejak tiga puluh menit yang lalu. Aku dapat mendengar dentuman detak jantungnya dari sini. Itulah mengapa aku suka menyenderkan kepalaku di bahunya.

"La,"
"Hm..."
"Would you please.."
"What?"
Aku hanya memejamkan mata. Menikmati detakan jantungnya yang seirama denganku dan mendengar suara halusnya yang selalu membuatku jatuh cinta.

Kurasakan tangannya menyentuh dagu dan mengangkatnya. Ia memandangku lurus. "Would you please..." ia mengeluarkan kata kata itu pelan, hampir berbisik. Tangannya masih menyentuh daguku.

Kulihat tangannya merogoh saku tuxedonya.
"What, honey?" tanyaku manja.

"Would you please...." pertanyaannya lagi-lagi terpotong karena ia sibuk mencari entah apa dari sakunya.
Aku membelakkan mata dan mengerutkan kening tanda menunggu kata-kata lanjutan darinya.

"..be mine?" disodorkannya sebuah kotak kecil yang mungkin ia cari sejak tadi di sakunya.

Aku hanya melongo tanda terkaget. Tidak menyangka ia memilih momen seperti ini, di tempat ini.
"Would you be mine?"
Kusadari mataku basah. "Why?"
"Cause i want you to be mine..."

Tidak ragu kupeluk tubuh hangatnya. Bahkan aku lupa menjawab atau mengambil kotak kecil itu untuk melihat isinya. Aku hanya ingin memeluk dan menggapai hangatnya.

"Would you please answer?" bisiknya sambil mengelus pelan rambutku.
"You dont need an answer. You can read my mind," aku mempererat rengkuhan itu.

"I love you more than anything you've imagine, Diaz.."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

tempayan bocor

saya tidak tahu persis mengapa tiba-tiba ingin menulis ini. tetapi, saya sempat menahan tertawa di tengah khotbah sore tadi.

sebenarnya, keseluruhan isi khotbah minggu ini adalah tentang hari kemerdekaan. bagaimana seorang warga negara bisa berperan dalam negaranya.
tetapi, bukan itu yang ingin saya bahas. ada satu part yang menurut saya agak menyentil. uhm, bukan agak, tapi sangat tepat menyentil dari perumpamaan yang diceritakan oleh sang pendeta.
beliau menceritakan perumpamaan tentang tempayan bocor. bahwa ada dua tempayan yang dibawa oleh seorang pria dari sumur menuju rumahnya. satu tempayan terlihat sempurna bisa terisi penuh dari sumur hingga rumah si pria itu. tetapi, satu tempayan lagi bocor. tentu saja, jumlah air yang sudah ditimba oleh si pria tidak sama dengan jumlah air yang sampai di rumah.
dalam perumpamaan tersebut diceritakan si tempayan menyesali dirinya sendiri kepada si pria pembawa dua tempayan tersebut. 'tuan, maafkan aku, aku tidak bisa membantu tuan untuk membawa air tersebut dengan sempurna dari sumur hingga rumah. aku malah menyusahkan, karena air terbuang sia-sia'
lalu si pria menjawab 'kata siapa kamu sia-sia? tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini. coba kau lihat kebun bunga di depan sana. kau pikir karena apa mereka hidup? mereka ada karena air yang katamu terbuang sia-sia karena tubuhmu bocor. mereka ada karenamu. bukankah mereka terlihat indah?'
ceritanya memang simpel, tetapi saya suka. dari cerita itu saya dapat menarik kesimpulan, bahwa tidak ada yang sia-sia. bahkan sekalipun kekuranganmu yang membuat sesuatu terasa sia-sia sebenarnya tidak sebegitu percumanya. karena memang, selalu ada pelajaran dari setiap perkara, selalu ada hikmah dari setiap cobaan, dan tidak ada yang sia-sia dari sebuah kekurangan.
just give thanks for what God gives to you.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

i wish you were here

currently fall for this:


The stars lean down to kiss you
And I lie awake and miss you
Pour me a heavy dose of atmosphere

'Cause I'll doze off safe and soundly
But I'll miss your arms around me
I'd send a postcard to you, dear
'Cause I wish you were here

I'll watch the night turn light-blue
But it's not the same without you
Because it takes two to whisper quietly

The silence isn't so bad
'Til I look at my hands and feel sad
'Cause the spaces between my fingers
Are right where yours fit perfectly


I'll find repose in new ways
Though I haven't slept in two days
'Cause cold nostalgia
Chills me to the bone

But drenched in vanilla twilight
I'll sit on the front porch all night
Waist-deep in thought because
When I think of you I don't feel so alone
I don't feel so alone, I don't feel so alone

As many times as I blink
I'll think of you tonight
I'll think of you tonight

When violet eyes get brighter
And heavy wings grow lighter
I'll taste the sky and feel alive again

And I'll forget the world that I knew
But I swear I won't forget you
Oh, if my voice could reach
Back through the past
I'd whisper in your ear
Oh darling, I wish you were here

(vanilla twilight-owl city)


i'll sing loudly the bold part. :p

ps: one thing the most important, i think not only the rain that could bring the memories come again, but also every song has their own memories, so, the memories are coming with that song. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

pelangi

terimakasih hujan.
saya memang sempat membenci.
tetapi karena hujan turun, kini saya mencinta.
terimakasih hujan.
saya memang sempat menyangkal.
tetapi karena hujan turun, saya tidak bisa menolak.
terimakasih hujan.
saya memang sempat menghindar.
tetapi karena hujan turun, saya bisa berusaha jujur.
terimakasih hujan.
atas semua memori yang hujan mainkan.
kini saya berusaha mengerti. kalau penyangkalan penolakan itu tidak lagi dapat saya pegang.
terimakasih hujan.
atas semua pengakuan yang datang sederas hujan datang.
terimakasih hujan.
atas pelangi indah yang kau lukis.
kini ku mengerti..
perasaan ini untuk dinikmati. bukan dihindari. :)

-sembilan agustus dua ribu sepuluh. ketika hujan turun di sebuah kota yang diidentikkan dengan hujan-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

saya dan kamu

Saya dan Kamu.
Pernah melewati ini semua. Menulis ini semua di lembaran yang sama.
Saya dan Kamu.
Pernah berjalan menyusuri ini semua. Beriringan. Bahkan mungkin, bergandengan.
Saya dan Kamu.
Pernah berdiri di bawah naungan langit yang sama. Memandang ke arah yang sama. Mengarah ke suatu tujuan yang sama.
Saya dan Kamu.
Sekarang sama-sama berdiri tak berarah. Memilih jalan yang membingungkan.

Bagaimana kalau Kamu coba buka lagi. Seperti apa yang saya lakukan.
Mungkin akan menyakitkan. Tapi bukan itu tujuannya.
Hanya sedikit mengenang. Atau bahkan mengingatkan.
Kalau di antara Saya dan Kamu pernah ada sesuatu.
Sesuatu yang masih ada hingga kini.

Jangan ditengok tengok lagi. Jangan dirasa rasa lagi. Jangan diraba raba lagi.
Semua itu hanya butuh KITA lalui.

Saya dan Kamu, bisakah?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

lembaran kosong di buku yang usang

Wanita itu terpaku sendiri. Tak sengaja tangannya menyentuh sebuah benda kecil berbentuk persegi. Ia kernyitkan dahi sejenak, berusaha mengenali benda apa yang ia pegang. Maklum, sampulnya tertutup debu tebal.
Ia hampir tercekat ketika membuka lembaran pertama. Ah! Kisah itu. Kisah yang sempat kubuang bahkan kukubur sangat dalam!
Ada rasa ingin membuangnya jauh (lagi). Tetapi, nyatanya bagian dari dalam dirinya berseru menyuruhnya untuk membuka lagi. Ia mencoba membuka dan membacanya.
Banyak kisah tertulis di sana. Bagaimana semua berawal, hidup, berkembang, atau bahkan-yang paling menyedihkan dan menyakitkan-bagaimana semua itu mati!
Tak ada air mata lagi yang tampak di bibir pelupuk matanya. Ketika sampai pada lembaran terakhir yang terisi, entah mengapa gadis itu tersenyum kecil. Padahal tulisan disana aku tahu pasti adalah bagian yang paling menyakitkan.
Ah. Masih ada lembaran kosong! Masih bisa kan aku tulis disana? Bagaimana ini bermula (lagi)? Bagaimana ini tumbuh (lagi)? Masihkah kau izinkan aku menulis lagi?
Aku tersenyum dan mengangguk dari kejauhan.
Memang sempat kusangkal berjuta kali tentang membuka lembar lama. Tapi hey, nyatanya masih ada lembar kosong. Tidak ada yang salah dengan mencoba mengisi lembaran kosong itu. Percayalah, Tuhan saja begitu baik memberi kesempatan kedua. Kenapa manusia tidak?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Agustus: tidak ada hujan yang tidak dibagi di bulan Juli

hujan itu datang lagi. tetapi di bulan yang lain.
tetapi anehnya, hujan itu selalu membawaku ke bulan itu. Juli.
hujan itu menampilkan slide yang sama. piket masak, program beraneka ragam, rapat tiap malam, evaluasi ini itu, bermain kartu sampai bosan, terduduk di ruang makan setiap pagi, curhat ini-itu, liburan bersama, menonton acara tv bersama, makan dari alas yang sama, menikmati hujan bersama.
tidak ada hujan yang tidak berhasil mengingatkanku lagi. karena mungkin terlalu banyak hujan yang terbagi.
hujan ini selalu membawaku ke tempat itu. tempat yang dulu sempat kukutuki. tetapi sekarang kusyukuri.
berawal dari rasa takut, khawatir, kesal, rindu, bosan, ingin pulang, tidak ingin pulang, sampai ingin kembali mengulang.

hujan memang selalu bisa. tidak ada kenangan yang tidak bisa dihadirkan kembali oleh hujan.
mungkin ini saatnya aku berterimakasih kepada hujan. terimakasih sudah menemani kami selama Juli. karena hujan, kenangan itu kembali lagi dan lagi. bukan untuk ditangisi ya, kawan. tetapi hujan mungkin hanya ingin mengingatkan.



kita pernah berbagi sebulan bersama di sebuah tempat bernama Mekarsari. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Juli part 4: ketika orang asing itu ternobatkan sebagai keluarga

hujan seperti mengerti hari itu. atau mungkin malam itu. satu malam sebelum tenggatnya habis. ketika semua sibuk dengan urusan masing-masing. dan aku malah terduduk menikmati hujan.
hujan seperti marah malam itu. tidak berhenti turun. dan anehnya, terasa sepi sekali malam itu.
tidak ada yang dibagi. hanya saling beradu pandang sesekali.
dan entah mengapa, pagi cepat sekali datang.

kami berusaha lupa atau mungkin amnesia. kalau hari itu adalah hari terakhir di bulan Juli. sudah cukup Juli itu kita bagi. sudah cukup hujan itu mengiringi.
satu persatu berpamitan. seolah tak rela. kali ini air mata yang membanjiri. bukan lagi hujan.
satu persatu pergi. dan kesalnya, hujan datang lagi.
lalu angkutan itu datang. kami saling berpamitan.
lagi-lagi. air mata itu kembali membanjiri. padahal kami sama-sama tahu, masih ada hari lain untuk mengulang kebersamaan itu. tetapi, tidak ada kebersamaan yang sehangat ini.



rumah itu. orang-orang itu. rutinitas itu. anjing itu. hujan itu. keluarga itu. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Juli part 3: ketika tempat terasing itu mulai bersahabat

hujan itu seperti dikomando untuk terus menemani kami selama Juli. namun kini, lagu Hujan Jangan Marah yang sering kami dengarkan. berharap hujan memang tidak marah untuk membantu kami menyelesaikan ini semua.
hujan itu seperti mengerti. mereka tidak marah. datang sesekali. mengikuti jadwal kami. membiarkan program kami berjalan sebagaimana mestinya.
hujan itu seperti mengerti. mereka tidak marah. mereka tetap datang sesekali. mengingatkan kami akan kenangan kami masing-masing.
hujan itu seperti mengerti. mereka tidak marah. datang sesekali. mengalunkan melodi ketika kami bertemu jenuh.
hujan itu seperti mengerti. mereka tidak marah. datang sesekali. seperti menghibur kami yang mulai rindu rumah kami.
hujan itu seperti mengerti. mereka tidak marah. datang sesekali. mengusir bosan dan sepi dikala bumi sedang sepi.
hujan itu seperti mengerti. mereka tidak marah. datang sesekali. mengikuti mauku. untuk mengusir bintang malam itu.

hujan itu mengerti. sempat ia tidak datang. membiarkan kami untuk menikmati suatu malam di teras rumah. bergurau sesekali sambil mempersiapkan malam. malam yang cukup istimewa untukku.
pertama kalinya, kami duduk bersama di ruang tengah. dengan daun pisang panjang sebagai alas makan. lalu kami makan bersama yang walau menunya sama sama saja, tetapi terasa begitu istimewa.



hujan pasti mengerti. kalau aku mulai mensyukuri, hujan mengiringiku hingga kini. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments