lembaran kosong di buku yang usang

Wanita itu terpaku sendiri. Tak sengaja tangannya menyentuh sebuah benda kecil berbentuk persegi. Ia kernyitkan dahi sejenak, berusaha mengenali benda apa yang ia pegang. Maklum, sampulnya tertutup debu tebal.
Ia hampir tercekat ketika membuka lembaran pertama. Ah! Kisah itu. Kisah yang sempat kubuang bahkan kukubur sangat dalam!
Ada rasa ingin membuangnya jauh (lagi). Tetapi, nyatanya bagian dari dalam dirinya berseru menyuruhnya untuk membuka lagi. Ia mencoba membuka dan membacanya.
Banyak kisah tertulis di sana. Bagaimana semua berawal, hidup, berkembang, atau bahkan-yang paling menyedihkan dan menyakitkan-bagaimana semua itu mati!
Tak ada air mata lagi yang tampak di bibir pelupuk matanya. Ketika sampai pada lembaran terakhir yang terisi, entah mengapa gadis itu tersenyum kecil. Padahal tulisan disana aku tahu pasti adalah bagian yang paling menyakitkan.
Ah. Masih ada lembaran kosong! Masih bisa kan aku tulis disana? Bagaimana ini bermula (lagi)? Bagaimana ini tumbuh (lagi)? Masihkah kau izinkan aku menulis lagi?
Aku tersenyum dan mengangguk dari kejauhan.
Memang sempat kusangkal berjuta kali tentang membuka lembar lama. Tapi hey, nyatanya masih ada lembar kosong. Tidak ada yang salah dengan mencoba mengisi lembaran kosong itu. Percayalah, Tuhan saja begitu baik memberi kesempatan kedua. Kenapa manusia tidak?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 comments: