Juli part 1: asing bersama orang asing di tempat terasing
Hujan. Seperti kamu tahu, aku membenci hujan. Karena hujan selalu membawa kenangan.
Sekitar seminggu, dua minggu, tiga minggu, sebulan, atau mungkin sudah lebih dari sebulan lalu, saya sedang duduk membiarkan lagu Desember dari Efek Rumah Kaca mengalun mengiringi kenangan yang ikut terbawa bersama hujan.
Juli. Bulan yang sungguh menghantuiku, dulu. Sempat terbayang bagaimana kondisiku yang terperangkap selama sebulan dengan paksa bersama dengan orang asing di tempat terasing yang akupun tak tahu sedikitpun bayangannya.
Apa yang kuperbuat sebulan itu? Bagaimana berdaptasi? Mengapa aku bodoh memilih tempat terpisah dengan teman dekatku? Mengapa Tuhan juga terlalu jahat untuk membiarkanku mengarahkan kursor laptop memilih desa itu?
Saat perjalanan menuju tempat terasing itu pun, aku tetap mengutuki Tuhan, mengutuki diri sendiri, mengutuki nasib.
Sempat iri dengan status teman lain yang terbaca. Bagaimana mereka memiliki teman dekat di tempat sama sehingga dapat bertukar cerita. Sedangkan aku? Bungkam selama perjalanan, terduduk bersama teman yang masih asing hanya dengan sapaan basa basi yang aku akui milikku terdengar busuk.
Ah! Hujan itu malah datang, membuatku semakin merasa ingin menghilang.
0 comments:
Post a Comment