Sang Pemimpi
Kebetulan kemarin saya sempat nonton Sang Pemimpi. Akhirnya, kesampaian juga buat nonton film ini.
After all, sih saya ga banyak komen tentang filmnya. Saya malah ga fokus tentang si Arai-sang pemimpi, tapi malah lebih ngena dengan adegan father-son nya Ikal dan bapak.
Film ini membuat saya terbuka dengan sosok seorang ayah. Kalo kata Ikal di film ini, ayah no.1 di dunia. Yes, he's my father.
I think, everyone will say that their father was the number one in this whole world. But seriously, I mean it.
Uhm, actually, I can't make a nice words, or something 'touchy' to describe this person in this post.
Setelah menonton adegan father-son tadi, saya hanya teringat sesuatu.
Saya masih ingat waktu saya bermimpi jadi penyanyi, ayah saya ada di samping saya, mendorong saya agar bisa bernyanyi di depan orang.
Waktu saya punya setumpuk cerita dan bermimpi menjadi penulis, ayah saya juga ada untuk mengkritik tulisan saya.
Waktu saya hobi memainkan piano, ayah saya juga sering mendorong saya agar bisa memainkan satu buah lagu saja untuknya.
Waktu saya ingin menjadi pengusaha kecil-kecilan, ayah saya juga ada untuk mengingatkan saya agar tetap ingat kuliah.
Bahkan ketika saya mulai menyusun resolusi awal tahun, dia ada untuk mengingatkan saya agar tetap konsisten.
Ya, saya memang sang pemimpi. Dan how lucky I am, to have a father like him. Who always support me to follow and catch my dreams. And whenever I fall, he always remind me to get up and try again to run from the start line.
P.S: untuk ayah saya yang bertanya kapan saya menceritakan beliau di blog saya. ;)