saya tidak tahu persis mengapa tiba-tiba ingin menulis ini. tetapi, saya sempat menahan tertawa di tengah khotbah sore tadi.
sebenarnya, keseluruhan isi khotbah minggu ini adalah tentang hari kemerdekaan. bagaimana seorang warga negara bisa berperan dalam negaranya.
tetapi, bukan itu yang ingin saya bahas. ada satu part yang menurut saya agak menyentil. uhm, bukan agak, tapi sangat tepat menyentil dari perumpamaan yang diceritakan oleh sang pendeta.
beliau menceritakan perumpamaan tentang tempayan bocor. bahwa ada dua tempayan yang dibawa oleh seorang pria dari sumur menuju rumahnya. satu tempayan terlihat sempurna bisa terisi penuh dari sumur hingga rumah si pria itu. tetapi, satu tempayan lagi bocor. tentu saja, jumlah air yang sudah ditimba oleh si pria tidak sama dengan jumlah air yang sampai di rumah.
dalam perumpamaan tersebut diceritakan si tempayan menyesali dirinya sendiri kepada si pria pembawa dua tempayan tersebut. 'tuan, maafkan aku, aku tidak bisa membantu tuan untuk membawa air tersebut dengan sempurna dari sumur hingga rumah. aku malah menyusahkan, karena air terbuang sia-sia'
lalu si pria menjawab 'kata siapa kamu sia-sia? tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini. coba kau lihat kebun bunga di depan sana. kau pikir karena apa mereka hidup? mereka ada karena air yang katamu terbuang sia-sia karena tubuhmu bocor. mereka ada karenamu. bukankah mereka terlihat indah?'
ceritanya memang simpel, tetapi saya suka. dari cerita itu saya dapat menarik kesimpulan, bahwa tidak ada yang sia-sia. bahkan sekalipun kekuranganmu yang membuat sesuatu terasa sia-sia sebenarnya tidak sebegitu percumanya. karena memang, selalu ada pelajaran dari setiap perkara, selalu ada hikmah dari setiap cobaan, dan tidak ada yang sia-sia dari sebuah kekurangan.
just give thanks for what God gives to you.